Saturday, 2 February 2019

THAREKAT NAQSABANDIYAH “ METODE DAKWAH ISLAM ”BY BANG NAS"





      THAREKAT NAQSABANDIYAH “METODE DAKWAH ISLAMI" BY BANG NAS..........

Melihat fenomena kehidupan sekarang ini banyak diantara manusia (umat islam) yang telah lalai dari ajaran syariat islam yang telah digariskan dalam Al- Qur’an dan Al- Hadis. Berdasarkan dari fenomena yang kita lihat sekarang ini sepantasnya para pendakwah bukan saja hanya sebatas menyeru kepada kebajikan namun harus di iringi dengan mencegah kemungkaran yang terjadi di atas muka bumi ini.
Sesuai dengan firman Allah dalam surat An- Nahl yang berbunyi sebagai berikut:
با لتى هى ا حسن ان لحكمة والمو عظة الحسنة وجد لهم ربك با  عدع الى سبيل
  ربك هواعلم بمن ضل عن سبيله وهواعلم بالمهت د ين
Artinya :
 “Serulah (manusia) kepada jalan tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhan mu dialah yang mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui  orang- orang yang mendapat petunjuk”. (An- Nahl: 125 ).
Manusia sebagai mahluk sosial yang memperoleh derajat yang tinggi dibandingkan dengan mahluk yang lainnya mempunyai kewajiban untuk memelihara dan menjaga alam semesta. Manusia juga diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna diantara ciptaan tuhan yang lainnya, karena manusia dikaruniaai akal dan pikiran untuk merehabilitasi diri, memikirkan tentang kekuasaan tuhan atas segala ciptaannya.
Dakwah dan proses pembinaan merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang berkesenambungan dan tujuan dakwah memang benar- benar mencerminkan aktifitas dakwah yang bersipat pembinaan, tujuan yang dimaksud adalah untuk membangun manusia menjadi muslim sejati. Syeikh Nurudin Ar- Rahiri mengungkapkan “insan kamil merupakan manusia yang memiliki dalam dirinya hakekat muhammad”.[1] Artinya jika seseorang telah berbuat baik dan melaksanakan perintah dan menjauhkan  segala larangan Allah SWT dan orang yang selalu mengerjakan yang di sunnat kan nabi baik secara lisan maupun perbuatan, Kaitannya dengan dakwah thareqat merupakan suatu kajian agama yang mendalam tentang hakekat kebenaran melalui pendalaman kajian tauhid, thareqat mengajarkan tentang suatu jalan mendekatkan diri kepada Allah melalui berbagai amalan- amalan baik yang berbentuk syariat maupun penetapan asma’ Allah dalam qalbu (zikrullah), dengan memperbanyak zikir baik secara sir maupun nyaring dan juga amalan- amalan sunnat.
Bukankah Muhammad diutus kemuka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak dan mengajak umatnya untuk kembali kejalan tuhan dengan ajaran tauhid (mengesakan Allah)...? maka dari hal itulah berdakwah masa kini harus dibarengi dengan kajian agama yang mendalam karena melihat fenomena kehidupan yang semakin jauh dari ajaran syariat islam, agar bagai mana cara agar ssampai kepada ketauhidan yang hakiki.
Sehubungan dengan itu, masih banyak diantara masyarakat kebingungan tentang thareqat dan masih banyak pula yang lalai dari mengkaji ketauhidan Allah SWT. Sehingga kehidupan yang dijalani hanya penuh dengan nafsu amarah dan hanya memandang kehidupan dunia sementara tanpa memikirkan kehidupan yang abadi di hari akhir nanti.
haruskah kita mengetahui thareqat yang kita kaji dan yang kita amalkan dalam kajiannya itu....?. jika thareqat yang ditinggalkan maka berarti dalam menentukan suatu tujuan untuk mencapai suatu kebenaran menurut yang diyakini tak kan pernah pasti karena didalam hati masih diselimuti dengan rasa kebingungan apalagi terwujudnya kebenaran  yang hakiki. Bukankah thareqat itu laksana penunjuk jalan yang mana menunjukkan arah kemana kita harus melangkah dan menuju kebahagian lahir dan bathin dari dunia sampai diakherat nanti, bukahkah itu tujuan akhir dari kehidupan dunia yang ingin di raih semasa hidup di dunia yang fana ini.
 


Pengertian Metode
Dari segi bahasa metode berasal dari kata meta yang artinya melalui, dan hodos (jalan, cara). Maka dari itu, dapat diartikan bahwa  metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.suparrta (2003: 11), menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa jerman methodicha artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa yunani metode berasal dari kata methodos yang artinya jalan. Yang dalam bahasa arab disebut thariq dan manhaj yang juga mengandung arti tata cara.
Sementara itu dalam kamus bahasa indunesia kata metode mengandung arti “cara yang teratur dan berfikir baik- baik untuk maksud cara kerja yang bersisten, untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang di tentukan”. Bila diartikan secara bebas maka metode adalah cara yang telah diatur dan melalui pemikiran untuk mencapai tujuan.
1.      Metode Dakwah
Secara terminologi dakwah dapat diartikan sebagai suatu sisi positif dari ajakan untuk menuju kebahagiaan dunia dan akherat. Nasarudin latif menyatakan bahwa dakwah adalah setiap usaha aktifitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru,mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman mentaati Allah sesuai dengan garis- garis aqidah, syariat, maupun akhlak.[2] dakwah bukan saja hanya melalui masjid, rumah kerumah namun juga bisa dilaksanakan melalui media baik media elektronik maupun media cetak, karena dakwah bukan saja hanya sebatas menyeru dengan lisan dan perbuatan namun juga bisa dilakukan dengan tulisan hal inilah yang lebih pleksibel saat sekarang ini.
a.       Cara Berdakwah
Sebagai seorang da’i tidak akan pernah terlepas dari bagai mana cara dalam menyampaikan dakwah, baik secara lisan maupun perbuatan. Maka dari itu,cara- cara berdakwah yang diajarkan Rasul diantaranya:
1)      Dakwah billisan artinya dakwah yang dilakukan dengan seruan baik yang disampaikan melalui media maupun secara langsung
2)      Dakwah bilhal artinya suatu perbuatan yang dilakukan yang mencerminkan tindakan dan prilaku yang diajarkan dalam Al- Qur’an dan sunnah Nabi.
Tidak terlepas dari itu, sebagai seorang pendakwah seharusnya lebih mengutamakan etika hidup, akhlak dan mengutamakan perintah Allah. Sehingga cara seperti itu ditiru oleh orang lain, karena dakwah bilhal lebih efektif dari pada dakwah billisan.
2.      Thareqah Naqsabandiyah
a.       Pengertian Thareqat dan Kajiannya
Jika kita mengkaji secara bahasa tharekah itu diartikan sebagai cara atau jalan untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan niat dan kemampuan.tapi bila kita kaji lebih jauh maka thareqah dapat diartikan bahwa suatu jalan yang harus ditempuh dengan melakukan suatu amalan- amalan yang bermuara pada kebajikan dan bisa membawa kita kepada jalan yang diredhoi Allah, untuk mencapai yany disebut dengan ma’rifatullah (mengenal Allah).
Istilah thareqat berasal dari kata Al- tariq (jalan) kepada hakekat atau dengan kata lain pengamalan syariat. Asy- syekh Muhammad Amin Al- Kurdy mengemukakan tiga macam difinisi thareqat:
1.      Thareqat adalah pengamalan syariat melaksanakan ibadah dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah ibadah
2.      Thareqat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah tuhan sesuai dengan kesanggupannya
3.      Thareqat yaitu meniggalkan yang harom dan makruh juga menunaikan hal- hal yang diwajibkan dan yang di sunnatkan.
Dikatakan oleh urafa’ sebagai syariat, tareqat dan ma’rifat berpendapat bahwa”ketiganya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan persis sama dengan manusia tidak bisa dibagi menjadi tiga bagian yakni tubuh jiwa dan akal”[3] yang kesemuanya itu tidak bisa terpisahkan karena membentuk satu kesatuan yang tidak dapat dibagi yang mereka itu merupakan aspek lahir dan bathin. Bila suatu kajian thareqat makan harus memulai dari hal dasar yakni syariat(tauhid) melangkah ke thareqat terus hakekat sehingga sampai kepada ma’rifat, untuk mencapai ma’rifat harus melalui tiga unsur diatas itu sebabnya ketiga inti diatas tidak bisa di pisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Sesuai dengan pendapat syaikh ahmad Al- Alawi dalam bukunya wali sufi mengungkapkan” mata jasmani adalah sinar mata bathin dan sang fakir tidak boleh membuka mata jasmaninya (bila berharap menyaksikan hakekat) sebelum terjadi hubumgan antara mata jasmaninya dengan mata bathinnya”[4] Jika syariat tidak dijalani maka berarti menghilangkan dasar, karena tanpa dasar segala sesuatu tidak akan pernah berdiri tegak dan kokoh begitu pula jika thareqat tidak di cari maka akan mendapatkan kebingungan apa bila telah sampai pada hakekat maka manusia itu berarti telah sampai pada ma’rifat, hal ini yang sangat penting dikaji karena tanpa mengenal sang pencipta berarti masih jauh dari kebahagian akherat kelak.
b.      Pimpinan Thareqat Naqsabandiyah dan Amalannya
Pemimpin dari thareqat naqsabandiyah ini bernama khawaja dahauddin naqsiband dari bukhari ia wafat pada tahun 1390 M. Dalam thareqat ini, diyakini bahwa waktu luang seseorang itu sangalah berharga dan bernilai serta tidak boleh dibiarkan berlalu sia- sia begitu saja.[5] Waktu luang mesti digunakan untuk melakukan zikir, karena dengan cara seperti ini bisa membuat diri untuk semakin dekat dengan tuhan dan selalu mengingatnya dalam setiap hembusan nafas.
Thareqat naqsabandiyah diakui pendirinya sebagai hasil penggabungan dari dua thareqat yang berlainan cara berzikirnya, yaitu qadariyah dan naqsabandiyah.[6] banyak ajaran utamanya yang tersusun dan terumuskan dari unsur- unsur kedua ajaran thareqat ini, yang dipadukan secara apik sehingga menjadi suatu formulasi thareqat yang baru.    
Sang zakir mestilah menafikan egonya sendiri dan sebaliknya menegakkan wujud Allah, serta mengucapkan dengan penuh ketulusan dan keihlasan,[7] salah satu zikir para syekh naqsabandiyah adalah zikir Al- Itsbat Al- Mujarrad atau berzikir berupa penegasan saja yakni zikir nama Allah tanpa penegasan atau penapian. Artinya zikir yang dilakukan tidak menggunakan gerak gerik anggota badan hanya menggelengkan kepala di iringi dengan lafas asma’ Allah.
Thareqat menurut para sufi adalah istilah bagi paket zikir berdasarkan model kurikulum pembelajaran, thareqat juga merupakan himpunan tugas- tugas perbaikan tenporal- kondisional yang didasarkan pada pokok- pokok latihan pembelajaran yang dijadikan sebagai media untuk mencapai kesucian jiwa dan kedamaian Qalbu.[8] yaitu kesucian jiwa dari berbagai kotoran dan penolakan terhadap penyakit- penyakit hati, dengan kata lain thareqat ialah media untuk membersihkan wilayah batin dari berbagai serangga dan pepohonan berduri yang membahayakan pertumbuhan tanaman keimanan.
Refrensi
M. Muhir, Wahyu Ilahi. Manajmen dakwah. Jakarta: Kencana ,2006

H.Munsier Suparta, H. Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta: kencana, 2006

H.M.S Najarudin Latif, Teori Dan Praktik Dakwah Islamiah, jakarta: PT Firma Dara, 2006

Prof. DR.H. Dadang Kahmad, tarekat dalam islam, bandung: CV pustaka karya anggota IKAPI 2007

Syaikh Ahmad Al- ‘alawi. Wali sufi. Bandung: Mizan IKAPI, 1995

Sayyid Nur bin Sayyid Ali, tasawuf syar’i, jakata: hikmah 2003

Dr. M. Solihin, Tasawuf Tematik, Bandung: CV pustaka setia, 2002

Murtadda Muthahhari, Mengenal Tasawuf, Jakarta: pustaka zahra, 2002

Dr. Mir Valiuddin, zikir dan kontenplasi dalam tasawuf, Bandung: Pustaka Hidayah IKAPI, 2006

Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian, jakarta: Renika Cipta, 1992

_, prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta: Rineka cipta 2006

Lexy.J.Moleong,metodologi penelitian kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya 2001

                                            





                                                                 




[1] M. Solihin, Tasawuf Tematik, Bandung: CV pustaka setia, 2002 hal. 83

[2] H.M.S Najarudin latif, teori dan praktik dakwah islamiah, jakarta: PT firma dara, 2006 hal.11
[3] Murtadda Muthahhari, Mengenal Tasawuf, Jakarta: Pustaka Zahra, 2002: hal. 180
[4] syaikh ahmad al-alawi, wali sufi, Bandung: Mizan Anggota IKAPI, 1991: hal. 158 
[5] Mir Valiuddin, zikir dan kontenplasi dalam tasawuf, Bandung: Pustaka Hidayah IKAPI, 2006: hal. 139
[6].H. Dadang Kahmad, tarekat dalam islam, Bandung: CV Pustaka Karya Anggota IKAPI 2007: hal. 100
[7] Mir Valiuddin, zikir dan kontenplasi dalam tasawuf, Bandung: pustaka hidayah IKAPI, 2006 hal. 139  
[8] Sayyid Nur bin Sayyid Ali, Tasawuf Syar’i, Jakata: Hikmah 2003 hal. 135

No comments:

Post a Comment