THAREKAT NAQSABANDIYAH “METODE DAKWAH ISLAMI" BY BANG NAS..........
Melihat
fenomena kehidupan sekarang ini banyak diantara manusia (umat islam) yang telah
lalai dari ajaran syariat islam yang telah digariskan dalam Al- Qur’an dan Al- Hadis.
Berdasarkan dari fenomena yang kita lihat sekarang ini sepantasnya para
pendakwah bukan saja hanya sebatas menyeru kepada kebajikan namun harus di
iringi dengan mencegah kemungkaran yang terjadi di atas muka bumi ini.
Sesuai
dengan firman Allah dalam surat An- Nahl yang berbunyi sebagai berikut:
با
لتى هى ا حسن ان لحكمة والمو عظة الحسنة وجد لهم ربك با عدع الى سبيل
ربك هواعلم بمن
ضل عن سبيله وهواعلم بالمهت د ين
Artinya
:
“Serulah (manusia) kepada jalan
tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya tuhan mu dialah yang mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk”. (An-
Nahl: 125 ).
Manusia
sebagai mahluk sosial yang memperoleh derajat yang tinggi dibandingkan dengan
mahluk yang lainnya mempunyai kewajiban untuk memelihara dan menjaga alam
semesta. Manusia juga diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna diantara
ciptaan tuhan yang lainnya, karena manusia dikaruniaai akal dan pikiran untuk
merehabilitasi diri, memikirkan tentang kekuasaan tuhan atas segala ciptaannya.
Dakwah
dan proses pembinaan merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, karena
keduanya merupakan satu kesatuan yang berkesenambungan dan tujuan dakwah memang
benar- benar mencerminkan aktifitas dakwah yang bersipat pembinaan, tujuan yang
dimaksud adalah untuk membangun manusia menjadi muslim sejati. Syeikh Nurudin
Ar- Rahiri mengungkapkan “insan kamil merupakan manusia yang memiliki dalam
dirinya hakekat muhammad”.[1] Artinya jika seseorang
telah berbuat baik dan melaksanakan perintah dan menjauhkan segala larangan Allah SWT dan orang yang
selalu mengerjakan yang di sunnat kan nabi baik secara lisan maupun perbuatan, Kaitannya
dengan dakwah thareqat merupakan suatu kajian agama yang mendalam tentang
hakekat kebenaran melalui pendalaman kajian tauhid, thareqat mengajarkan tentang
suatu jalan mendekatkan diri kepada Allah melalui berbagai amalan- amalan baik
yang berbentuk syariat maupun penetapan asma’ Allah dalam qalbu (zikrullah),
dengan memperbanyak zikir baik secara sir maupun nyaring dan juga amalan-
amalan sunnat.
Bukankah
Muhammad diutus kemuka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak dan mengajak
umatnya untuk kembali kejalan tuhan dengan ajaran tauhid (mengesakan Allah)...?
maka dari hal itulah berdakwah masa kini harus dibarengi dengan kajian agama
yang mendalam karena melihat fenomena kehidupan yang semakin jauh dari ajaran
syariat islam, agar bagai mana cara agar ssampai kepada ketauhidan yang hakiki.
Sehubungan
dengan itu, masih banyak diantara masyarakat kebingungan tentang thareqat dan
masih banyak pula yang lalai dari mengkaji ketauhidan Allah SWT. Sehingga
kehidupan yang dijalani hanya penuh dengan nafsu amarah dan hanya memandang
kehidupan dunia sementara tanpa memikirkan kehidupan yang abadi di hari akhir
nanti.
haruskah
kita mengetahui thareqat yang kita kaji dan yang kita amalkan dalam kajiannya
itu....?. jika thareqat yang ditinggalkan maka berarti dalam menentukan suatu
tujuan untuk mencapai suatu kebenaran menurut yang diyakini tak kan pernah
pasti karena didalam hati masih diselimuti dengan rasa kebingungan apalagi
terwujudnya kebenaran yang hakiki.
Bukankah thareqat itu laksana penunjuk jalan yang mana menunjukkan arah kemana
kita harus melangkah dan menuju kebahagian lahir dan bathin dari dunia sampai
diakherat nanti, bukahkah itu tujuan akhir dari kehidupan dunia yang ingin di
raih semasa hidup di dunia yang fana ini.
Pengertian
Metode
Dari
segi bahasa metode berasal dari kata meta yang artinya melalui, dan hodos
(jalan, cara). Maka dari itu, dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan.suparrta (2003: 11), menyebutkan bahwa
metode berasal dari bahasa jerman methodicha artinya ajaran tentang metode.
Dalam bahasa yunani metode berasal dari kata methodos yang artinya jalan. Yang
dalam bahasa arab disebut thariq dan manhaj yang juga mengandung arti tata
cara.
Sementara
itu dalam kamus bahasa indunesia kata metode mengandung arti “cara yang teratur
dan berfikir baik- baik untuk maksud cara kerja yang bersisten, untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang di tentukan”. Bila
diartikan secara bebas maka metode adalah cara yang telah diatur dan melalui
pemikiran untuk mencapai tujuan.
1.
Metode Dakwah
Secara
terminologi dakwah dapat diartikan sebagai suatu sisi positif dari ajakan untuk
menuju kebahagiaan dunia dan akherat. Nasarudin latif menyatakan bahwa dakwah
adalah setiap usaha aktifitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat
menyeru,mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman mentaati Allah sesuai
dengan garis- garis aqidah, syariat, maupun akhlak.[2] dakwah bukan saja hanya
melalui masjid, rumah kerumah namun juga bisa dilaksanakan melalui media baik
media elektronik maupun media cetak, karena dakwah bukan saja hanya sebatas
menyeru dengan lisan dan perbuatan namun juga bisa dilakukan dengan tulisan hal
inilah yang lebih pleksibel saat sekarang ini.
a.
Cara Berdakwah
Sebagai
seorang da’i tidak akan pernah terlepas dari bagai mana cara dalam menyampaikan
dakwah, baik secara lisan maupun perbuatan. Maka dari itu,cara- cara berdakwah
yang diajarkan Rasul diantaranya:
1)
Dakwah billisan artinya dakwah yang
dilakukan dengan seruan baik yang disampaikan melalui media maupun secara
langsung
2)
Dakwah bilhal artinya suatu perbuatan
yang dilakukan yang mencerminkan tindakan dan prilaku yang diajarkan dalam Al-
Qur’an dan sunnah Nabi.
Tidak
terlepas dari itu, sebagai seorang pendakwah seharusnya lebih mengutamakan
etika hidup, akhlak dan mengutamakan perintah Allah. Sehingga cara seperti itu
ditiru oleh orang lain, karena dakwah bilhal lebih efektif dari pada dakwah
billisan.
2.
Thareqah Naqsabandiyah
a.
Pengertian Thareqat dan Kajiannya
Jika
kita mengkaji secara bahasa tharekah itu diartikan sebagai cara atau jalan
untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan niat dan
kemampuan.tapi bila kita kaji lebih jauh maka thareqah dapat diartikan bahwa
suatu jalan yang harus ditempuh dengan melakukan suatu amalan- amalan yang
bermuara pada kebajikan dan bisa membawa kita kepada jalan yang diredhoi Allah,
untuk mencapai yany disebut dengan ma’rifatullah (mengenal Allah).
Istilah
thareqat berasal dari kata Al- tariq (jalan) kepada hakekat atau dengan kata
lain pengamalan syariat. Asy- syekh Muhammad Amin Al- Kurdy mengemukakan tiga
macam difinisi thareqat:
1.
Thareqat adalah pengamalan syariat
melaksanakan ibadah dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah ibadah
2.
Thareqat adalah menjauhi larangan dan
melakukan perintah tuhan sesuai dengan kesanggupannya
3.
Thareqat yaitu meniggalkan yang harom
dan makruh juga menunaikan hal- hal yang diwajibkan dan yang di sunnatkan.
Dikatakan
oleh urafa’ sebagai syariat, tareqat dan ma’rifat berpendapat bahwa”ketiganya
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan persis sama dengan manusia tidak
bisa dibagi menjadi tiga bagian yakni tubuh jiwa dan akal”[3] yang kesemuanya itu tidak
bisa terpisahkan karena membentuk satu kesatuan yang tidak dapat dibagi yang
mereka itu merupakan aspek lahir dan bathin. Bila suatu kajian thareqat makan
harus memulai dari hal dasar yakni syariat(tauhid) melangkah ke thareqat terus
hakekat sehingga sampai kepada ma’rifat, untuk mencapai ma’rifat harus melalui
tiga unsur diatas itu sebabnya ketiga inti diatas tidak bisa di pisahkan antara
satu dengan yang lainnya.
Sesuai
dengan pendapat syaikh ahmad Al- Alawi dalam bukunya wali sufi mengungkapkan”
mata jasmani adalah sinar mata bathin dan sang fakir tidak boleh membuka mata
jasmaninya (bila berharap menyaksikan hakekat) sebelum terjadi hubumgan antara
mata jasmaninya dengan mata bathinnya”[4] Jika syariat tidak
dijalani maka berarti menghilangkan dasar, karena tanpa dasar segala sesuatu
tidak akan pernah berdiri tegak dan kokoh begitu pula jika thareqat tidak di
cari maka akan mendapatkan kebingungan apa bila telah sampai pada hakekat maka
manusia itu berarti telah sampai pada ma’rifat, hal ini yang sangat penting
dikaji karena tanpa mengenal sang pencipta berarti masih jauh dari kebahagian
akherat kelak.
b.
Pimpinan Thareqat Naqsabandiyah dan Amalannya
Pemimpin
dari thareqat naqsabandiyah ini bernama khawaja dahauddin naqsiband dari
bukhari ia wafat pada tahun 1390 M. Dalam thareqat ini, diyakini bahwa waktu
luang seseorang itu sangalah berharga dan bernilai serta tidak boleh dibiarkan
berlalu sia- sia begitu saja.[5] Waktu luang mesti
digunakan untuk melakukan zikir, karena dengan cara seperti ini bisa membuat
diri untuk semakin dekat dengan tuhan dan selalu mengingatnya dalam setiap hembusan
nafas.
Thareqat
naqsabandiyah diakui pendirinya sebagai hasil penggabungan dari dua thareqat
yang berlainan cara berzikirnya, yaitu qadariyah dan naqsabandiyah.[6] banyak ajaran utamanya
yang tersusun dan terumuskan dari unsur- unsur kedua ajaran thareqat ini, yang
dipadukan secara apik sehingga menjadi suatu formulasi thareqat yang baru.
Sang
zakir mestilah menafikan egonya sendiri dan sebaliknya menegakkan wujud Allah,
serta mengucapkan dengan penuh ketulusan dan keihlasan,[7] salah satu zikir para
syekh naqsabandiyah adalah zikir Al- Itsbat Al- Mujarrad atau berzikir berupa
penegasan saja yakni zikir nama Allah tanpa penegasan atau penapian. Artinya
zikir yang dilakukan tidak menggunakan gerak gerik anggota badan hanya menggelengkan
kepala di iringi dengan lafas asma’ Allah.
Thareqat
menurut para sufi adalah istilah bagi paket zikir berdasarkan model kurikulum
pembelajaran, thareqat juga merupakan himpunan tugas- tugas perbaikan tenporal-
kondisional yang didasarkan pada pokok- pokok latihan pembelajaran yang
dijadikan sebagai media untuk mencapai kesucian jiwa dan kedamaian Qalbu.[8] yaitu kesucian jiwa dari
berbagai kotoran dan penolakan terhadap penyakit- penyakit hati, dengan kata
lain thareqat ialah media untuk membersihkan wilayah batin dari berbagai
serangga dan pepohonan berduri yang membahayakan pertumbuhan tanaman keimanan.
Refrensi
M. Muhir, Wahyu Ilahi.
Manajmen dakwah. Jakarta: Kencana ,2006
H.Munsier Suparta, H.
Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta: kencana, 2006
H.M.S Najarudin Latif, Teori Dan Praktik Dakwah Islamiah, jakarta:
PT Firma Dara, 2006
Prof. DR.H. Dadang Kahmad, tarekat dalam islam, bandung: CV pustaka
karya anggota IKAPI 2007
Syaikh Ahmad Al-
‘alawi. Wali sufi. Bandung: Mizan IKAPI, 1995
Sayyid Nur bin
Sayyid Ali, tasawuf syar’i, jakata: hikmah 2003
Dr. M. Solihin, Tasawuf
Tematik, Bandung: CV pustaka setia, 2002
Murtadda Muthahhari, Mengenal
Tasawuf, Jakarta: pustaka zahra, 2002
Dr. Mir Valiuddin, zikir dan kontenplasi dalam tasawuf, Bandung: Pustaka
Hidayah IKAPI, 2006
Suharsimi
Arikunto, prosedur penelitian, jakarta: Renika Cipta, 1992
_, prosedur
penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta: Rineka cipta 2006
Lexy.J.Moleong,metodologi
penelitian kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya 2001
[1] M. Solihin, Tasawuf
Tematik, Bandung: CV pustaka setia, 2002 hal. 83
[2] H.M.S Najarudin latif, teori dan praktik
dakwah islamiah, jakarta: PT firma dara, 2006 hal.11
[3] Murtadda Muthahhari, Mengenal Tasawuf, Jakarta: Pustaka Zahra,
2002: hal. 180
[5] Mir Valiuddin, zikir dan kontenplasi
dalam tasawuf, Bandung: Pustaka Hidayah IKAPI, 2006: hal. 139
[6].H. Dadang Kahmad, tarekat dalam islam,
Bandung: CV Pustaka Karya Anggota IKAPI 2007: hal. 100
[7] Mir Valiuddin, zikir
dan kontenplasi dalam tasawuf, Bandung: pustaka hidayah IKAPI, 2006 hal.
139
[8] Sayyid Nur bin Sayyid Ali, Tasawuf
Syar’i, Jakata: Hikmah 2003 hal. 135
No comments:
Post a Comment