Tuesday, 29 January 2019

POLITIK MASA KINI "By Bang Nas"

                                              OBROLAN DIBALIK WARKOP By Bang Nas


       Kancah politik semakin menarik dan tidak habis untuk di bahas, satu sisi mengalaukan satu sisi menarik untuk tetap dikaji, pengkajian melibatkan semua pihak, ada yang mengkaji secar ilmiah, ada secara spontan, sudut pandang tersebut bagian dari gaya dalam menangapi dan suatu permasalahan yang sedang terjadi.  style in the current political arena (New Melenial) mengait hati kaum muda khusunya kaum terpelajar. April 2019 menjadi sejarah bagi bangsa indonesia untuk berpesta dalam menentukan arah perkembangan indonesia di semua sisi, baik sisi sosial dan budaya, pertumbuhan ekonomi, inprastruktur, terutama masalah pertumbuhan ekonomi dan sosial yang menyangkut bagimana perubahan di segala sisi dapat di raih sesuai dengan harapan yang masih menjadi sebuah banyangan atau mimpi. Gaya politik memicu perdebatan khusunya para pengamat politik Nasional apalagi para elit politik kelas atas dan menegah yang sedang berfikir keras bagimana bisa menjadi pemenag. Tokoh-tokoh politik sejak dulu kala memang sudah memberikan pendapat yang rasional sesuai dengan kondisi saat itu dan masih menjadi refrensi pada masa kini (melenia) beberapa tokoh yang sering disebut-sebut diantaranya;
  1. Socrates (469-399 SM) ilmu politik adalah ilmu yang membahas masalah Public good (kebaikan bersama) yakni struktur ideal serta tentang keadilan.
  2. Aristoteles (384 – 322 SM) Ilmu politik adalah ilmu yang membahas tentang asal dan tujuan terbentuknya negara.
  3. Deliar Noer (1983: 6) “politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat”
          Politik pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang sangat berkaitan dengan manusia, yang pada kodratnya selalu hidup bermasyarakat. Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang dinamis dan berkembang, serta selalu menyesuaikan keadaan sekitarnya. Sebagai anggota masyarakat, seseorang atau kelompok tentu terikat oleh nilai-nilai dan aturan-aturan umum yang diakui dan dianut oleh masyarakat itu. politik akan selalu menggejala, mewujudkan dirinya dalam rangka proses perkembangan manusia. Dengan keterkaitan hal di atas, maka manusia inti utama realitas politik, apapun alasannya pengamatan atau analisa politik tidak dapat begitu saja meninggalkan manusia. Ini menunjukkan bahwa hakekat politik adalah perilaku manusia, baik berupa aktivitas atau pun sikap yang bertujuan mempengaruhi atau mempertahankan tatanan sebuah masyarakat dengan menggunakan kekuasaan. 
       Penyelenggaraan kekuasaan secara konstitusional adalah mencakup pembagian kekuasaan politik yang mencakup masalah: sumber kekuasaan politik, proses legitimasi, pemegang kekuasaan tertinggi, penyelenggaraan kekuasaan, fungsi-fungsi kekuasaan/tugas ringan dan tujuan politik yang mudah dicapai.
Manusia adalah inti utama dari politik, maka apapun alasannya pengamatan atau telaah politik tidak begitu saja meninggalkan faktor manusia. Dalam hal ini Anton H. Djawamaku (1985: 144) pribadi seseorang manusia adalah unit dasar empiris analisa politik”. Oleh karena itu kata “politik” yang berasal dari kata “politic” (Inggris) menunjukkan sifat pribadi atau perbuatan. Secara leksikal, kata asal tersebut diartikan; acting or judging wisely, well judged, prudent 
       Konsep yang ditawarkan dari hasil pengamatan seorang Plato ataupun  seorang Aristoteles ini dipandang sebagai titik pangkal pemikiran politik dalam sejarah perkembangannya, di mana hal itu dapat diketahui bahwa “politik” merupakan istilah dipergunakan sebagai konsep pengaturan masyarakat, sebab dalam kedua karya itu membahas soal-soal yang berkaitan dengan masalah bagaimana pemerintahan itu dijalankan agar dapat terwujud sebuah kelompok masyarakat politik atau suatu organisasi negara yang baik. Dengan demikian, dalam konsep tersebut terkandung berbagai unsur, seperti lembaga yang menjalankan aktivitas pemerintahan, kelompok masyarakat sebagai pihak berkepentingan, kebijaksanaan dan hukum-hukum yang menjadi sarana pengaturan masyarakat serta cita-cita yang hendak dicapai. 
      Gaya politik harus mengedepankan nilai-nilai yang rasional sesuai dengan kondrat dan mengedepankan norma-norma agama tentunya pandangan-pandagan yang sesuai dengan logika manusia, sebagai manusia yang masih mengedepanan norma tentunya norma menjadi hal utama dalam memberikan pendapat kepada publik.
       Memang kita menyadari semua hal tidak lepas dari politik, sejarah telah mengukir baik dalam pena dan tutur kata dari saksi mata yang masih hidup, memberikan cerita bagimana bangsa Indonesia menjadi sebuah kesatuan yang berbentuk Repbulik, hal itu mengambarkan dengan memberikan conto-contoh real yang harus dikedepankan. Agama jangan menjadi salah satu alat untuk mengadu domba satu sama lain, Budaya jangan di jadikan korban dalam mencapai tujuan yang di inginkan. Karna Indonesia dikenal dimata dunia bukan hanya dari kekayaan Alamnya yang berlimpah ruah, juga dikenal dari budayan dan kearipan lokalnya dan itu adalah aset yang besar yang diwariskan kepada anak cucu.
       Gaya boleh berbeda, tapi harus tetap menjaga kode etik yang sesuai dengan Norma-norma Agama, hormati satu sama lain mari kita tanamkan Budaya politik yang santun dan memiliki Wibawa yang layak.

1 comment: